Platodan Ajaran Islam pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. 1. Kelebihan Kelebihan konsep manusia dalam pandangan Islam adalah terletak pada kepastian ajarannya, yaitu keimanan kepada Allah yang berdasarkan al-Quran dan Hadis, sehingga ada titik jelas dalam menguraikan pengertian tentang manusia. Sedangkan kelebihan yang ada pada konsep
b Terjemah Hadits. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak ada iri hati, kecuali kepada dua orang, yaitu orang yang diberi Allah harta kemudian dipergunakannya dalam kebenaran, dan orang yang diberi Allah hikmah (ilmu) kemudian dipergunakannya dengan baik dan diajarkannya.”. c. Kandungan Hadits.
wasallambersabda: "Siapa yang tidak mengasihi manusia, maka Allah tidak akan mengasihinya." Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. Hadits semakna juga Kasih sayang sesama manusia Jami' At-Tirmidzi Kitab Berbakti dan menyambung silaturrahim
Ina hadith clearly shows that the Prophet SAW was very fond of people who are noble and people who talk the most. In addition, another hadith also explains that we are commanded to love others
TafsirAl-Baghawi: Metodologi, Kelebihan dan Kekurangan AL-DZIKRA, Volume 14, No. 1, Juni Tahun 2020 137 Qur’an, hadis Nabi, pendapat sahabat dan tabi’in.2 Sebagian ulama’ lain juga menggolongkan pada kategori kitab tafsir bi al- Iqtiran: memadukan antara bi al-ma'thur dan bi al-ra'y, seperti Abu Shahbah.3 Berkaitan dengan metode penafsiran yang digunakan Al-
pernyataan mengenai cahaya di bawah ini benar kecuali. Hadits tentang Kelebihan dan Kekurangan Manusia![Hadits tentang Kelebihan dan Kekurangan Manusia] Islam, manusia dianggap sebagai makhluk yang paling istimewa di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT. Namun, meskipun memiliki kelebihan dibandingkan makhluk lain, manusia juga memiliki kekurangan yang perlu hadits-hadits yang ada, terdapat banyak pembahasan tentang kelebihan dan kekurangan manusia serta bagaimana cara memperbaikinya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang hal tersebut. Kelebihan ManusiaSebagai makhluk yang paling istimewa, manusia memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Berikut adalah beberapa kelebihan manusia menurut hadits-hadits yang ada. 1. Diberi Akal dan HatiSebagai makhluk yang paling istimewa, manusia diberi akal dan hati yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Sebagaimana dalam hadits berikut.> “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa bentuk kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian.” HR. MuslimDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa hati manusia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Hati manusia merupakan tempat akal dan keimanan berada. 2. Diberi Kekuasaan atas BumiManusia juga diberi kekuasaan atas bumi dan segala isinya. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi.” QS. Al-Baqarah 30Dalam hadits ini, Allah SWT memberikan amanah kepada manusia untuk menjadi khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian bumi dan segala isinya. 3. Diberi Potensi untuk BeribadahManusia juga diberi potensi untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” QS. Adz-Dzariyat 56Dalam hadits ini, Allah SWT menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai manusia, kita harus memanfaatkan potensi yang diberikan oleh Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya. Kekurangan ManusiaMeskipun memiliki kelebihan, manusia juga memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki. Berikut adalah beberapa kekurangan manusia menurut hadits-hadits yang ada. 1. Mudah Terpengaruh oleh SyaitanManusia mudah terpengaruh oleh syaitan yang selalu menggoda dan mengajak manusia kepada kejahatan. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Sesungguhnya syaitan lari dari manusia seperti lari kuda yang ditekan dengan cambuk, sedangkan syaitan menghampiri manusia seperti arus aliran darah.” HR. MuslimDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa syaitan selalu menggoda manusia dan mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu, manusia harus selalu waspada dan berusaha untuk menjauhi godaan syaitan. 2. Mudah Tergoda oleh NafsuManusia juga mudah tergoda oleh nafsu yang selalu mengajak manusia kepada keburukan. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Nafsu itu seperti burung yang terbang di atas kepala manusia. Jika manusia memberinya makanan, maka burung itu akan turun dan bertengger di atas kepala manusia. Namun jika manusia tidak memberinya makanan, maka burung itu akan terus terbang dan pergi.” HR. Bukhari dan MuslimDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa nafsu selalu mengajak manusia kepada keburukan. Oleh karena itu, manusia harus selalu berusaha untuk mengendalikan nafsu dan tidak memenuhi semua keinginan yang ada. 3. Mudah Lupa Akan AkhiratManusia juga mudah lupa akan akhirat yang merupakan tujuan utama dalam hidup ini. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Dunia itu adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” HR. MuslimDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa dunia hanya merupakan tempat persinggahan sementara bagi manusia. Oleh karena itu, manusia harus selalu ingat akan akhirat dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan di sana. Cara Memperbaiki Kekurangan ManusiaMeskipun memiliki kekurangan, manusia masih dapat memperbaikinya dengan cara-cara yang benar. Berikut adalah beberapa cara memperbaiki kekurangan manusia menurut hadits-hadits yang ada. 1. Selalu Berdoa Kepada Allah SWTManusia harus selalu berdoa kepada Allah SWT untuk meminta bantuan dalam menghadapi godaan syaitan dan nafsu. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Janganlah engkau merasa lemah dalam berdoa kepada Allah SWT. Sungguh, tidak ada yang lebih dapat membuka pintu-pintu rahmat Allah SWT selain doa.” HR. TirmidziDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa doa adalah senjata utama manusia dalam menghadapi godaan syaitan dan nafsu. Oleh karena itu, manusia harus selalu berdoa kepada Allah SWT dalam segala hal. 2. Mengendalikan NafsuManusia juga harus selalu berusaha untuk mengendalikan nafsu agar tidak tergoda oleh godaan yang datang. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Perangilah musuh terbesarmu yaitu dirimu sendiri.” HR. AhmadDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa diri sendiri adalah musuh terbesar manusia. Oleh karena itu, manusia harus selalu berusaha untuk mengendalikan nafsu dan tidak memenuhi semua keinginan yang ada. 3. Selalu Ingat Akan AkhiratManusia harus selalu ingat akan akhirat dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan di sana. Hal ini terlihat dalam hadits berikut.> “Barangsiapa yang mencintai akhirat, niscaya Allah SWT akan mencintainya dan barangsiapa yang mencintai dunia, niscaya Allah SWT tidak akan mencintainya.” HR. TirmidziDalam hadits ini, jelas terlihat bahwa manusia harus selalu mencintai akhirat dan tidak tergoda oleh dunia yang hanya sementara. Oleh karena itu, manusia harus selalu bekerja keras untuk meraih kesuksesan di akhirat nanti. KesimpulanDalam Islam, manusia dianggap sebagai makhluk yang paling istimewa di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT. Meskipun memiliki kelebihan, manusia juga memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki. Dalam hadits-hadits yang ada, terdapat banyak pembahasan tentang kelebihan dan kekurangan manusia serta bagaimana cara manusia, kita harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak tergoda oleh godaan syaitan dan nafsu. Kita juga harus selalu ingat akan akhirat dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan di sana. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia yang lebih baik dan mendapatkan keberhasilan baik di dunia maupun di video of hadits tentang kelebihan dan kekurangan manusia
Ilustrasi agama nabi adam. Foto ShutterstockNabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya“Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu esa. Nenek moyangmu juga satu, kamu semua berasal dari Adam. sedangkan Adam berasal dari tanah.” HR. Ahmad, 23536.Karena Nabi Adam merupakan manusia pertama, sebagian umat Muslim yang mempertanyakan agama Nabi Adam. Pasalnya, agama Islam baru muncul pertama kali pada masa kekhilafahan Nabi Muhammad hal ini, para ulama menyebutkan bahwa agama Nabi Adam adalah Tauhid. Bagaimana ajaran yang terkandung di dalamnya? Temukan jawabannya dalam artikel berikut Nabi Adam AS dan Kisah HidupnyaIlustrasi Nabi adam. Foto Dok. ShutterstockAgama Nabi Adam menjadi satu-satunya kepercayaan tertua di dunia. Sebab, sebagaimana diyakini oleh pemeluk agama samawi, Nabi Adam adalah manusia pertama yang ada di buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid 2018, agama Nabi Adam adalah agama Tauhid, yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Nabi Adam tidak menyembah berhala sebagaimana dilakukan orang jahiliyah pada masa Adam dimuliakan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Beliau menjadi nabi pertama yang diutus oleh-Nya untuk mengajarkan agama Tauhid kepada anak Nabi Adam tinggal di surga. Tapi karena melakukan sebuah dosa dan melanggar perintah Allah SWT, ia pun diturunkan ke bumi bersama istrinya, dari segi bahasa, nama Adam memiliki makna “tanah, manusia, cokelat muda”. Para ulama memperkirakan Nabi Adam hidup pada tahun 5872-4942 bersama Hawa dipercaya oleh agama-agama samawi sebagai orangtua dari semua manusia yang ada di dunia. Namun, tiap agama samawi mengisahkan sosoknya dengan cara yang soal penampakan fisik Nabi Adam, sebuah hadits Nabi SAW menjelaskan bahwa beliau memiliki postur yang sangat tinggi, yakni mencapai 60 hasta sekitar 27,432 m. Beliau digambarkan sebagai pribadi yang beradab, memiliki ilmu tinggi, dan bukan termasuk manusia berdoa. Foto Nong2/ShutterstockNabi Adam adalah makhluk yang sangat cerdas dan dimuliakan oleh Allah SWT. Ia memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk lain. Nabi Adam diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” QS. Al-Isra 70Menurut riwayat Alquran, ketika Nabi Adam AS selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud atas perintah-Nya. Ini karena kemuliaan dan kecerdasan yang dimiliki Nabi Adam menjadikannya sebagai makhluk yang mempunyai derajat amat keterangan dalam Alquran ini sangat bertentangan dengan gambaran manusia purba menurut Charles Darwin, di mana ia menggambarkan manusia pertama di bumi sebagai manusia purba yang berjalan dengan empat kaki dan tidak berpakaian dalam berapa Nabi Adam hidup di dunia?Siapa nama istri Nabi Adam?Bagaimana karakter Nabi Adam?
ArticlePDF AvailableAbstractHumans are the noblest creatures in the sight of Allah swt in various fields, from form, behavior, communication, social interaction, to the establishment of applicable laws and connectedness with God. The Qur'an and Hadith in relation to Islamic Religious Education convey studies related to human nature and all its potentials that can be carried out by each individual human being for the benefit of himself, others and broader interests, to the level of becoming the best human profile in the version. Al Qur'an and human quality according to the study of Hadith. This article aims to find the meaning of Potential and Human Nature according to the Qur'an and Hadith. This writing method is in the form of a literature study Library Research. The results of the writing describe that human nature has the basic meaning of Basyar human with body dimensions, Insan human with dimensions of growth and development, Bani adam humans with hereditary dimension. The potential that exists in humans is the Instinct Potential Emotional, Intellectual Potential Intellectual, Sensory Potential Physical, Religious Potential Spiritual. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. MUSHAF JOURNAL Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis Vol. 1 No. 1 Desember 2021, page 74-88 74 HAKIKAT MANUSIA DAN POTENSINYA MENURUT AL-QUR’AN DAN HADITS Ahmad Yazid Hayatul Maky Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia Corressponding author email ahmadyazid74 Iskandar Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia Email abusyla Abstract Humans are the noblest creatures in the sight of Allah swt in various fields, from form, behavior, communication, social interaction, to the establishment of applicable laws and connectedness with God. The Qur'an and Hadith in relation to Islamic Religious Education convey studies related to human nature and all its potentials that can be carried out by each individual human being for the benefit of himself, others and broader interests, to the level of becoming the best human profile in the version. Al Qur'an and human quality according to the study of Hadith. This article aims to find the meaning of Potential and Human Nature according to the Qur'an and Hadith. This writing method is in the form of a literature study Library Research. The results of the writing describe that human nature has the basic meaning of Basyar human with body dimensions, Insan human with dimensions of growth and development, Bani adam humans with hereditary dimension. The potential that exists in humans is the Instinct Potential Emotional, Intellectual Potential Intellectual, Sensory Potential Physical, Religious Potential Spiritual. Keywords Human Nature and Potential, Al-Qur'an and Hadits. Abstrak Manusia adalah makhluk termulia disisi Allah swt dalam tinjaun berbagai bidang, dari bentuk, prilaku, komunikasi, interaksi social, hingga adanya penetapan hukum yang berlaku serta keterhubungan dengan Tuhan. al Qur’an dan Hadits kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam menyampaikan kajian terkait dengan hakikat manusia dan segala potensinya yang dapat dilakukan oleh 75 setiap individu manusia untuk kepentingan diri sendiri, orang lain dan kepentingan yang lebih luas lagi, hingga pada tataran menjadi profil manusia terbaik dalam fersi al Qur’an dan Manusia bermutu menurut kajian Hadits. Artikel ini bertujuan untuk mencari makna Potensi dan Hakikat Manusia menurut al Qur’an dan Hadits, Metode penulisan ini berupa kajian literatur Library Research. Hasil penulisan mendeskripsikan bahwa hakikat manusia adalah memiliki makna dasar Basyar manusia berdimensi jasad, Insan manusia berdimensi tumbuh berembang, bani adam manusia berdimensi keturunan. Adapun potensi yang ada pada diri manusia adalah Potensi Naluriah Emosional, Potensi Akal Intelektual, Potensi Inderawi Fisikal, Potensi Agama SpiritualKata Kunci Hakikat dan Potensi Manusia, Al Qur’an dan Hadits. Pendahul uan Mengapa manusia dijadikan makhluk termulia disisi Allah swt? dalam melengkapi keragaman makhluk ciptaan Allah swt maka diciptakan Adam, ada dialog yang menarik antara Allah swt dengan malaikat dan iblis sebagai makhluk senior sebelum Adam didalam surga, yaitu ketika Allah swt menetapkan Adam sebagai Khalifah di Bumi. Allah swt berfirman, “wahai para malaikat, sesungguhnya Aku akan jadikan Adam sebagai khalifah di Bumi”, kemudian malaikat memohon untuk mengetahui lebih jauh tetang siapa Adam sebenarnya, dan setelah diadakan penelitian, para malaikat menemukan dua sifat dasar dalam diri Adam yaitu Syahwat/nafsu dan Ghadab/emosi, dan ketika dua sifat ini bertemu maka yang terjadi adalah kerusakan. Setelah malaikat menyampaikan temuannya dihadapan Allah swt maka malaikat mengajukan diri untuk menjadi khalifah, karena menurut asumsi mereka bahwa malaikat adalah makhluk yang suci dengan selalu bertasbih dan makhluk yang bersih dengan selalu bersyukur dan bertahmid serta puji-pujian mulia terhadap Allah swt. Dan menganggap bahwa Adam belum layak untuk menjadi khalifah di bumi. Namun Allah swt menghendaki Adam menjadi khalifah dikarenakan dalam diri Adam ada potensi lebih yang tidah dimiliki oleh malaikat yaitu Ilmu, Adam dirasa bisa bertaqdis, bertahmid dan bertasbih seperti halnya malaikat dan pula bisa mengetahui dan memahami atas ayat-ayat Allah swt sehingga kelebihan inilah yang menjadikan Adam lebih layak untuk menjadi khalifah. Bumi yang menjadi tempat tinggal ummat manusia adalah gambaran kecil dari kondisi gambaran surga yang sebenarnya, di bumi terdapat pepohonan, gunung-gunung, sungai dan lautan, bangunan rumah yang beraneka ragam bentuk, ada budaya masing-masing kelompok ummat manusia dan lain sebagainya yang ada dalam kehidupan di bumi ini. Ummat manusia juga demikian adanya, ada ragam suku, tradisi dan budaya yang terbentang diseluruh hamparan bumi dari timur ke barat. Keragaman inilah yang menjadi obyek 76 pembahasan didalam penelitian ini, ada keragaman manusia dari segi fisik, kemampuan, keilmuan dan segala factor kelemahan dan kelebihannya. Pendidikan Agama Islam mengadakan kajian mendalam tentang bagaimana hakikat manusia dalam versi al Quran dan Hadits serta potensi apa saja yang bisa dikembangkan untuk menempatkan manusia pada posisi dan porsi dibidangnya sampai pada tataran Khairunnas Anfa’uhum Linnas yaitu manusia yang baik adalah yang berguna untuk kepentingan Bersama. Al-Qur‟an yang menjadi poros utama kehidupan manusia dan alam semesta, didalamnya terkandung makna dan petunjuk kehidupan menembusdimensi ruang dan waktu, al-Qur‟an merupakan ensiklopedia kehidupan dalam rangka menunjukan kebahagian dan kesejahteraan hakiki. Karena al-Qur‟an memiliki lintasdimensi ruang dan waktu, maka wajar jika al -Qur‟an memuat pesan-pesan Ilahy dalam bentuk global. Oleh karena itu diperlukan penjelasan lebih rinci mengenai maksud yang terkandung didalam pesan Ilahiyah tersebut. Manusia juga mendapatkan predikat sebagai makhluk yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya secara individual, manusia memiliki unsur jasamani dan rohani, unsur fisik dan psikis, raga dan jiwa. Sebagai ciptaan Allah, manusia perlu mentaati apa yang telah dititahkan-Nya dalam kitab-Nya, tingkah laku dan segala yang dilakukan oleh manusia semestinya harus sesuai dengan segala yang diperintahkan oleh Allah swt. Karena pada hakikatnya, segala yang dilakukan oleh manusia adalah karena digerakan oleh-Nya Shihab, 2006. Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah Swt dimuka bumi ini dengan sebaik-baiknya mahluk, sebaik-baiknya bentuk dan sebaik-baiknya umat, untuk mengemban sebuah tugas yang mulia yaitu beribadah kepada Allah Swt. Yang mana hal itu tertera dalam QS ad-Dzariyat ayat 56 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Dalam al-Qur’an, manusia berulang-kali diangkat derajatnya, dan berulang- ulang pula direndakan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi, dan bahkan para malaikat. Tetapi, pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukan alam, namun bisa juga mereka merosot menjadi rendah di antara yang paling rendah. Oleh karena itu, makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri. Dan al-Qur‟an pula menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan tuhan yaitu ditunjuk sebagai kholifah di muka bumi, yang mana 77 tujuannya yaitu supaya ada rasa tanggung jawab di dalam manusia itu sendiri Murtadha Mutahari, 1998. Sebagai makhluk yang memiliki bentuk dan rupa yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, manusia harus selalu berfikir tentang asal kejadiannya. Manusia yang berfikir adalah mereka yang selalu mengingat kepada kekuasaan Allah dan iradah-Nya. Dan manusia yang tidak berfikir yang selalu sibuk dengan kehidupan dunia, adalah mereka yang lupa asal kejadiannya, sihingga sifat-sifat sombong dan yang lainnya menjadi-jadi, baik di hadapan Allah maupun di hadapan makhluk Allah Hakim Muda Harahap, 2013. Al-Qur‟an adalah merupakan kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama, yang mana isi dari kitab al-Qur‟an tersebut harus mereka Imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang tujuannya tidak lain yaitu agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Jika manusia telah menyadari akan tujuan diciptakanya dia untuk apa yang ada dalam al-Qur‟an. Dan menjalankan tugasnya tersebut maka manusia itu berhak mendapatkan fasilitas yang diberikan oleh Allah yaitu mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya, akan tetapi jika ia tidak mau menyadarinya pasti dalam kehidupannya ia akan sering melakukan kemungkaran dan mendapatkan kemadaratan. Selain itu banyak manusia yang sudah mengetahui akan tujuan ia diciptakan ke bumi tapi tidak tau makna secara hakikatnya itu apa. Dalam dunia penafsiran al- Qur‟an ada sebuah corak yang bernama corak sufi yaitu penafsiran al-Qur‟an dengan menggunakan pemahaman atau pemberian pengertian atas fakta-fakta tekstual dari sumber-sumber al-Qur‟an dan al-Hadits sedemikian rupa sehingga yang diperlihatkan bukanlah makna secara lahiriyah dari kata-kata pada teks sumber suci itu melainkan pada makna dalam bathin yang dikandungnya Badrudin, 2018. Kajian yang mendalam terkait dengan hakikat manusia dan potensinya, diharapkan menyadarkan kepada kita akan pentingnya pengetahuan ini, ketika seseorang masuk pada tataran tertinggi dan mulia dimata Allah swt itu adalah dambaan setiap hamba saya rasa, siapa seorang hamba yang tidak menginginkan derajat mulia disisi Allah swt masuk dalam golongan Muqarrabin dan Muttaqin, dan manakala seseorang masuk pada tataran rendah dan jauh dimata Allah swt maka pengetahuan ini menjadi pengingat kepada kita agar lebih waspada dan cepat menyadari akan kondisi tersebut. Betapa kemuliaan sesorang itu dimata Allah swt hanya bisa diukur dengan ketaqwaannya, terlepas dengan status yang sedang disandangnya. Pun demikian seseorang akan menjadi pendosa hanya dengan sedikit muncul sifat-sifat yang dilarang oleh Allah swt seperti riya’ dan takabbur. 78 Penelitian ini, berangkat dari kegelisahan tersebut sehingga penulis dirasa perlu mengangkat tema; “Hakikat Manusia dan Potensinya menurut al Qur’an dan Hadits”.Hasi l dan Pembahasan Manusi a Menurut Terminol ogi Al - Qur‟an Alquran telah meunjukkan konsep manusia terdiri atas tiga kategori, yaitu a al-insan, al-in’s, unas, al-nas, anasiy dan insiy; b al- basyar; c bani adam “anak adam” dan dzurriyyat adam “keturunan adan”. Istilah manusia yang diungkapkan dalam Alquran seperti basyar, insan, unas, insiy, imru, rajul atau yang mengandung pengertian perempuan seperti imra’ah, nisa’ atau niswah atau dalam ciri personalitas, seperti al-atqa, al- abrar, atau ulul albab, juga sebagai bagian kelompok sosial seperti al-asyqa, dzul- qurba, al-dhu’afa yang semuanya memgandung petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya dan manusia dalam bentuk konkrit Dawam Raharjo, 1999. Meskipun demikian untuk memahami secara mendasar dan pada umumnya ada kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam. Kata al-Nas disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali yang tersebar dalam 53 surat sebagai nama jenis keturunan Adam, yaitu satu spesies dialam semesta. Kata al-Nas menunjukkan pada hakekat; manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, baik beriman ataupun tidak beriman Al-Raghib al-Isfahaniy, tt. Kata al-Nas digunakan Alquran untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun manusia diberikan berbagai potensi untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mengikuti ajaran Tuhan. Sedangkan sebagian manusia tidak mempergunakannya, bahkan sebagian manusia justru menentang kekuasaan Tuhan. Dengan demikian, manusia dapat dikatakan berdimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dan tercela. Sebagaimana yang diungkapkan dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 8. Artinya “Di antara manusia ada yang mengatakan "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pad hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman”. QS. Al-Baqarah [2] 8 79 Selanjutnya, Al-qur’an juga meggunakan kata al-Nas untuk menyatakan adanya orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan untuk megembangkan kehidupannya. Berbagai kegiatan tersebut antara lain manusia dengan kegiatannya di bidang peternakan, manusia dengan kegiatannya di bidang pengolahan besi, manusia dengan kegiatannya di bidang pelayaran, manusia dengan kegiatannya di bidang perubahan sosial, manusia dan kepemimipnannya dan manusia dalam hubungannya dengan ibadah. Kata al-Insan diesebutkan dalam Alquran sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Kata al-Insan dapat menunjukkan pada proses kejadian manusia, baik proses penciptaan Adam maupun proses manusia yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim Muhammad Fu’ad Abdul l-Baqi, 1998. Kata al-Insan tidak hanya merujuk pada dimensi metal tetapi juga dimensi fisik. Jika itu ditinjau lebih jauh dan dianalisis secara mendalam, maka penggunaan kata al-Insan megandung dua dimensi yaitu dimensi tubuh dengan berbagai unsurnya dan dimensi spiritual ditiupkan roh-Nya kepada manusia. Harmonisasi kedua aspek tersebut mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa, sempurnadan sebagai amkhluk Allah dinamis, sehingga mampu menyandang predikat sebagai khalifah Allah di muka bumi. Namun, manusia juga memiliki keterbatasan seperti, gelisah dan tergesa-gesa, gembira bila dapat nikmat, susah bila dapat cobaan, kikir, resah dan gelisah. Karena itu, manusia diberikan potensi akal untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, dengan tetap berpedoman kepada ajaran Ilahi agar manusia bisa mewujudkan dirinya sebagai makhluk Allah yang mulia. Jika tidak demikian, manusia akan terjerumus pada kehinaan, bahkan lebih hina dari binatang sekalipun. Kata al-basyar yang semakna dengan Basyarah bermakna permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Pemakaian kata Basyar dalam al-Qur’an seluruhnya memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut adalah anak Adam yang biasa makan dan berjalan di pasar-pasar, di dalam pasar itu mereka saling bertemu atas dasar persamaan. Dengan demikian, kata basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek biologis seperti mempunyai bentuk tubuh, amkan dan minum, kebutuhan seks, mengalami penuaan dan mati Al-Rasyidin, 2008. Kata basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Hal ini megisyaratkan bahwanabi dan rasul pun memiliki dimensi al-basyar. Di sisi lain, banyak ayat al- Qur’an yang menggunakan kata basyar yang megisyaratkan proses kejadian manusia melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Kata al-Basyar di dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dalam 26 syrat. Sedangkan penggunaan kata Bani Adam karena manusia merupakan turunan Nabi Adam as. Manusia dan nabi pertama yang diciptakan Allah SWT, Adam as dijuluki sebagai Abu Basyar nenek moyang manusia. Menurut Thabathaba’i sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, penggunaan kata Bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu pertama, anjuran untuk 80 berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, diantaranya berpakaian guna menutup aurat. Kedua, mengingatkan pada keturunan adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu syaitan yang mengajak padakeingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkan-Nya Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009. Manusia dalam pengertian Basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Sedangkan manusia dalam pengertian Insan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang tergantung pada kebudayaan, pendidikan, penalaran, kesadaran, dan sikap hidupnya. Karena itu, Insan dipakai untuk menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran, sedangkan Basyar dipakai untuk dipakai menunjukkan pada dimensi alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umurnya, makan, dan minum dan mati. Dari pengertian Insan dan Basyar, manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis yangmemiliki potensi untuk berkembang. Al- Qur’an berulang- kalimengangkat derajat manusia dan berulangkalipula meren-dahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam, surga, bumi, bahkan para malaikat. Manusia adalah makhluk yang multi dimensional. Bukan saja karena manusia sebagai subjek yang secara teologis memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, tetapi juga sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan ragam bentuk aktivitas dan kreativitas, dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai “makhluk historis”, wakil Allah khalifah di bumi dan sebagai hamba tabid Allah. Hakekat karakteristik Manusia dalam Tinjauan Al-Qur’an Pada hakekatnya manusia tidak dilihat dari unsur-unsur yang membentuk dirinya, pada orientasi berpikir yang mencari substansi pokok yang melatar belakangi, tetapi manusia harus dilihat pada tahapannya sebagai nafs, keakuan diri, ego, dimana pada tahapan ini semua unsur membentuk kesatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik dan aktualisasi kekinian yang dinamik ada pada perbuatan atau amal manusia itu sendiri Musa Asyari, 2002. Sesungguhnya kualitas, dan hakikat manusia adalah baik, benar dan indah. Tidak ada makhluk dimuka bumi ini yang memiliki kualitas semulia manusia, walaupun demikian harus diakui bahwa kualitas dan hakekat baik, benar, dan indah, selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya kualitas baik, benar, dan indah sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat mulia. Sebab didalam hidup manusia, selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan, yaitu baik dan buruk, salah dan benar. Sigmun Freud seseorang ahli psikoanalisa berpendapat tentang kualitas jiwa mansuia menurutnya, superego selalu mendampingi ego. jika ego yang mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital libido bitalis, 81 sehingga penyaluran dorongan ego atau nafsu lawwamah nafsu buruk sebenarnya tidak; mudah menempuh jalan melalui superego aatu nafsu muthma’innah nafsu baik. Karena superego nafsu muthmainnah berungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia. Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala insting, intuisi dan intelegensi-ditanbah dengan petunjuk wahyu bagi orang-orang yang beragama– bekerja secara matang dan integral. Artinya, superego bisa memeberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja secara positif. Ego yang liar dan tidak terkendali adalah ego yang negative, ego yang merusak kualitas hakekat manusia itu sendiri Umar Shihab, 2003. Ada beberapa atau metode yang dapat ditempuh, untuk memahami hakikat manusia, dan cara atau metode itu antara lain Pertama ialah melalui pendekatan bahasa yaitu bagaimana bahasa itu dipakai untuk meyebut manusia. Nabi Muhammad saw bersabda ; Artinya “berilah mereka pemahaman dengan bahasa yang bisa mereka pahami” Kedua adalah melalui cara keberadaanya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan cara keberadaan makhluk yang lainnya, seperti kenyataan sebagai makhluk yang berjalan diatas dua kaki, dan juga kemampuannya berpikir yang hanya dimiliki manusia, sehingga melalui keberadaan berpikirnya itu, hakikat manusia ditentukan. Maka apakah arti berpikir yang menentukan makna keberadaanya itu, karena berpikir merupakan kenyataan yang khas bagi manusia, yang tidak dipunyai oleh makhluk lainnya, sehingga kenyataan keberadannya berpikir, itulah yang menentukan hakikat manusia, yang membedakannya dengan makhluk yang lainnya. Oleh karena itu hakikat manusia adalah makhluk berpikir Musa Asyari, 2002. Nabi Muhammad saw bersabda ; Artinya “ Carilah Ilmu dari sejak lahir hingga meninggal” Ketiga adalah melalui karya yang dihasilkannya, karena melalui karyanya seseorang meyatakan kulaitas dirinya, karena hanya diri yang berkualitas lah yang akan melahirkan karya yang berkualitas pula. Cara pemahaman ini akan membawa pada pemahaman terhadap beberapa setting kehidupan manusia yang kompleks, dan termasuk didalamnya antara lain adalah melalui setting sejarah, 82 yaitu kapan dan dimana seseorang itu melahirkan karyanya itu, dan juga setting psikologis, yaitu bagaimana situasi emosional dan intelektualnya yang melatarbelakangi hasil karyanya itu, di samping pendekatan bidang keilmuan lainnya yang berkaitan dengan karya- karya seseorang, apakah meyangkut bidang arsitektur, sastra, kesenian pahat, lukis dan pematung ataupun ilmu-ilmu humaniora yang amat luas itu. Oleh karena itu, hakikat manusia ditentukan oleh sejumlah karyanya Musa Asyari, 2002. Hakikat manusia yang dijelaskan dibawah ini akan memberikan gambaran yang jelas bahwa manusia berbeda dengan hewan, artinya dari pemaknaan manusia secara hakiki, akan memunculkan potensi-potensi yang jelas mejadi pembeda dari makhluk yang lain. Wujud sifat hakikat manusia ini merupakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh manusia. Faham eksistensialisme mengemukakan bahwa karakteristik manusia tersebut seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan dan membenahi arah dan tujuan pendidikan Umar Tirta Raharja danLa Sulo, 2005. Kemampuan Menyadari Diri Ulil Abshar Melalui kemampuan ini manusia betul-betul mampu menyadari bahwa dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristi diri. Kemampuan ini membuat manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya baik itu limgkungan berupa individu maupun lingkungan nonpribadi atau benda. Kemampuan ini juga membuat manusia mampu mengeksplorasi potensi-potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan untuk mencapai kesempurnaan diri. Kemampuan menyadari diri ini pula yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek sosialitas diluar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas didalam dirinya. Kemampuan Bereksistensi Ulil Albab Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada dan eksis dengan sebenarnya. Dalam hal ini manusia punya kebebasan dalam ke beradaan’ nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau tumbuhan di kebun yang ada’ tapi tidak menyadari keberadaan’ nya sehingga mereka menjadi onderdil dari lingkungannya. Sementara itu manusia mampu menjadi manajer bagi lingkungannya. Kemampuan ini juga perlu dibina melalui pendidikan. Manusia perlu diajarkan belajar dari pengalaman hidupnya, agar mampu mengatasi masalah dalam hidupnya dan siap menyambut masa depannya. Kemampuan dalam kepemimipinan Khalifah Dalam pandangan Islam manusia diciptakan bukan hanya sekedar mainan, melainkan untuk mengemban amanat Tuhan, yang pada akhirnya akan dimintai pertanggung jawaban. Itulah sebabnya pertama kali manusia diciptakan 83 diperkenalkan sebagai khalifah di muka bumi sebagaimana yang terdapat dalam surah al An’am ayat 165 Artinya “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. Al- An’am [6] 165 Dari ayat di atas menunjukkan bahwa nabi Adam as. sebagai manusia pertama yang memiliki kelebihan atau keunggulan-keunggulan dibandingkan degan kemampuan para malaikat dan makhluk lainnya. Jadi penetapan khalifah di muka bumi kepada nabi Adam as dan reproduksi manusia berikutnya adalah pertimbangan dari kemampuan potensi-potensi yang dimiliki manusia itu sendiri. Alllah SWT menggambarkan manusai sebagai satu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta makhluk yang semi samawi dan semi duniawi yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta serta dikaruniai keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai kecenderungan untuk berbuat baik atau jahat. Kemaujudan manusia dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan tetapi itu tidak akan meghapuskan kegelisahan mereka, kecuali mereka dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kemudain khalifah digambarkan sebagai manusia yang melakukan interaksi dengan lingkungan fisik, mereka membangun rumah-rumah untuk kediaman mereka dan istana-istana di gunung-gunung dan daratan sebagai lambang kemampuan dan kekuatan mereka. Dalam konteks ini, fungsi kekhalifahan untuk emmakmurkan bumi, mereka sebagai khalifah agar bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka. Adapaun kata khalifah sendiri asalnya dari kata khalf yang artinya suksesi, pergantian atau generasi penerus, wakil, pengganti, penguasa, kata tersebut terulang sebanyak 22 kali dalam Alquran kemudain lahir kata khalifah. Kata ini muncul dalam sejarah pemerintah Islam sebagai institusi politik Islam, yang bersinonim dengan kata imamah yang berarti kepemimpinan M Dawam Rahardjo, 2002. Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqaddimah, berbicara mengenai khalifah, khalifah dan imamah. Fokus pembahasannya adalah jatuh-bangunnya peradaban, ia 84 menceritakan tentang pengaruh kepemimpinan Badui terhadap peradaban sebagaimana ungkapan beliau “bagaimana peradaban selalu runtuh di tempat-tempat yang dikuasai dan dikalahkan oleh orang Badui,” ini disebabkan “sifat liar yang ada pada mereka, orang Badui menjadi bangsa yang palng sukar tunduk dipimpin orang lain”. Ibnu Khaldun banyak berbicara tentang perilaku, baik perilaku penduduk maupun elite yang membawa pengaruh terhadap suatu peradaban. Sejalan dengan apa yang sering dijelaskan dalam al- Qur’an ia melihat turun-naiknya suatu peradaban disebabkan karena perilaku Manusia di hadapan Tuhan merupakan wakil-Nya di bumi. Ini adalah kehormatan yang diberikan Tuhan kepada manusia dalam perwujudannya, manusai telah diberi kemampuan untuk berbuat dan memilih sesuatu oleh Tuhan, yang mengakibatkan manusia dapat semakin terhormat dan mempunyai arti atau sebaliknya manusia dapat memilih sesuatu yang dapat menjerumuskannya ke jurang kesesatan. Kelebihan dan keistimewaan manusia itu menempatkan sebagai makhluk yang terhormat dan memperoleh martabat yang tinggi diantara makhluk lainnya, bahkan ia dimuliakan oleh Allah SWT sebagaimana firmannya dalam surat al-Isra’ ayat 70 Artinya “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”. QS. Al-Isra’ [17] 70 Manusia sebagai khalifah merupakan gambaran cita ideal. Manusia seharusnya menentukan, nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Manusia mempunyai tanggung jawab yang besar karena memiliki daya kehendak yang bebas. Manusia yang ideal adalah manusia themorfis dengan sifat-sifat keruhanian dapat mengendalikan sifat-sifat rendah yang lain. Manusia ideal mempunyai tiga aspek yakni kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Dengan kata lain ia memiliki pengetahuan, etika dan seni. Semua ini dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaan dan kreativitas. Gambaran cita ideal yang dicerminkan dalam posisi sebagai khalifah merupakan gabungan antara sifat-sifat yang saling melengkapi. Manusia ideal adanya mansuia yang memiliki otak ang berlian sekaligus memiliki kelembutan hati. Manusia ideal dengan kemampuan otaknya mampu menciptakan 85 peradaban yang tinggi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, juga memiliki kadalaman perasaan terhadap segala sesuatu yang meyebabkan penderitaan, kemiskinan, kebodohan dan kelemahan di satu sisi manusia dapat menaklukkan dunia dan bersifat mendunia tetapi di pihak lain ia juga tidak mengesampingkan nilai-nilai spiritual. Manusia yang ideal adalah manusia yang mampu berpikir mendalam tanpa terjerumus ke dalam perenungan diri sehingga melupakan keadaan sekelilingnya. Manusia yang ideal juga melakukan kegiatan- kegiatan politik tanpa harus lupa diri, gila hormat atau gila kekuasaan. Manusia ideal tidak berbuat sesuatu yang luhur karena paksaan sosialdan lingkungannya, tidak mempunyai etika yang merupakan sekumpulan larangan dan norma yang berlaku di masyarakat semata, tetapi juga digerakkan oleh kesadaran sosialnya yang tinggi, kecintaanya terhadap nasib sesama. Sementara pemegang jabatan khalifah ini tidak lepas dari pengawasan Allah Swt. dalam melaksanakan fungsinya. Namun manusia sebagai khalifah Allah Swt. tidak mungkin melaksanakan tugas kekhalifahannya, kecuali dibekali oleh Allah Swt. dengan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir yakni fitrah yang baik, yang memungkinkan dirinya mampu mengembangkan tugas tersebut. Islam memandang manusia sebagai khalifah Allah Swt. di bumi bertugas untuk mengurus, membangun dan mengelola bumi serta memakmurkannya harus berjalan sesuai dengan kehendak dan petunjuk Tuhan. Adapun tugas kekhalifahan manusia tergabung dalam empat sisi, satu lainnya saling berkaitan yaitu, pertama, mematuhi tugas yang diberikan Allah, kedua, menerima tugas tersebut dan melaksanakannya dalam kehidupan perorangan maupun kelompok, ketiga, memelihara serta mengolah lingkungan hidup untuk kemanfaatan bersama, keempat, menjadikan tugas-tugas khalifah sebagai pedoman pelaksanaanya M. Quraish Shihab, 2002. Potensi Manusia Jalaluddin mengatakan bahwa ada empatpotensi yang utamayang merupakanfitrahdari Allah kepada manusia Jalaluddin, 2003. Potensi Naluriah Emosional atau Hidayat al- Ghariziyyat Potensi naluriah ini memiliki beberapa dorongan yang berasal dari dalam diri manusia. Dorongan-dorongan ini merupakan potensi atau fitrah yang diperoleh manusia tanpa melalui proses belajar. Makanya potensi ini disebut juga potensi instingtif, dan potensi ini siap pakai sesuai dengan kebutuhan manusia dan kematangan perkembangannya. Dorongan yang pertama adalah insting untuk kelangsungan hidup seperti kebutuhan akan makan, minum penyesuaian diri dengan lingkungan. Dorongan yang kedua adalah dorongan untuk mempertahankan diri. Dorongan ini bisa berwujud emosi atau nafsu marah, dan mempertahankan diri dari berbagai macam ancaman dari luar dirinya, yang melahirkan kebutuhan akan perlindungan seprti senjata, rumah dan sebagainya. Yang ketiga adalah dorongan untuk berkembang biak atau meneruskan keturunan, yaitu naluri seksual. Dengan 86 dorongan ini manusia bisa tetap mengembangkan jenisnya dari generasi ke generasi. Potensi Inderawi Fisikal atau Hidayat al- HasiyyatPotensifisik ini bisa dijabarkan atas anggota tubuh atau indra-indra yang dimiliki manusia seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa. Potensi ini difungsikan melalui indra-indra yang sudah siap pakai hidung, telinga, mata, lidah, kulit, otak dan sisten saraf manusia. Pada dasarnya potensi fisik ini digunakan manusia untuh mengetahui hal-hal yang ada di luar diri mereka, seperti warna, rasa, suara, bau, bentuk ataupun ukuran sesuatu. Jadi bisa dikatkan poetensi merupakan alat bantu atau media bagi manusia untuk mengenal hal-hal di luar dirinya. Potensi fisikal dan emosional ini terdapat juga pada binatang. Potensi Akal Intelektual atau Hidayat al- Aqliyat Potensi akal atauintelektual hanya diberikan Allah kepada manusia sehingga potensiinilah yang benar-benarmembuatmanusiamenjadi makhluk sempurna danmembedakannya “potensi akal memberi kemampuankepada manusiauntuk memahamisimbol- simbol, hal-hal yang abstrak,menganalisa, membandingkan,maupunmembuat kesimpulan yang akhirnya memilihdanmemisahkanantara yang benardengan yang salah. Kebenaran akal mendorongmanusia berkreasi danberinovasi dalam menciptakankebudayaan sertaperadaban. Manusiadengankemampuanakalnya mampumenguasai ilmupengetahuan danteknologi, mengubahsertamerekayasa lingkungannya,menujusituasikehidupanyang lebihbaik, aman, dannyaman.” Jalaluddin, 2003. Potensi Agama Spiritual atau Hidayat al- Diniyyat Selain potensi akal, sejak awal manusia telah dibekali dengan fitrah beragama atau kecenderungan pada agama. Fitrah ini akan mendorong manusia untuk mengakui dan mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kelebihan dan kekuatan yang lebih besar dari manusia itu sendiri. Nantinya, pengakuan dan pengabdian ini akan melahirkan berbagai macam bentuk ritual atau upacara-upacara sakral yang merupakan wujud penyembahan manusia kepada Tuhannya. Dalam pandangan Islam kecenderungan kepada agama ini merupakan dorongan yang bersal dari dalam diri manusia sendiri yang merupakan anugerah dari Allah. Dalam al-Qur’an dijelaskan 87 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,’ QS ar-Rūm30. Kesim pulan Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam berbagai ayat al- Qur’an dijelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia tersebut. Kesempurnaan penciptaan manusia itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah dimuka bumi yang mengatur dan memanfaatkan alam. Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Diantara potensi-potensi tersebut adalah potensi emosional, potensi fisikal. potensi akal dan potensi spritual. Keseluruhan potensi manusia ini harus dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pemberiannya oleh Tuhan. Ada berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia, seperti pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan sosial. Di samping memiliki berbagai potensi manusia juga memiliki berbagai karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud dari sifat hakikat manusia. 88 Daftar P ustaka AL Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam Membangun Kerangka Ontologi, Ep i stimologi, dan Aksi ologi Pr a ktik P endidikan Bandung Citap ustaka Media Perin ti s, 2 0 0 8. A. Ba i q uni, Ens i k l o pedi Al-Qur’an du nia Islam Mo d ern Yogyakarta PT. Da n a Bhakti Prima Vasa, 2 0 0 5 . Abdur r ahman, Ai syah, Manusia Sen si tivitas dan Henneneutika al -Qu r’an, ter j . M. Adib al-arief Jakarta LKPS M , 1997. Asyari , M u s a , Filsafat Islam Sunnah Nabi da l am Berfiki r Yogyakarta LES F 1, 2002. Na w awi ,R if’at Syauq i, Konsep Manusia Menuru t al-Qur’an dal a m Met odelogi Ps i k o l ogi I slam , Ed. Rendra Yo gyakarta P us taka Pelaj a r , 2000. Raharjo , Dawam, Pandangan al-Qur’an Tentang Manu sia Dalam Pen di dikan Dan Perspektif al-Qur’an Yog yakarta LPPI, 1999. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Te l aah Si stem Pen di dikan dan Pem i kiran Para Tokohnya Jakarta Kalam Mulia, 2009. Shi hab, M. Quraish , Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Perbagia Per s oa lan Umat B andung Mizan u s taka, 2006. De s mita,Psi kolog iPerkemban g an, BandungRosd a Kar y a, 2007. Dj amarah , Sy a i ful Bahri, Guru dan Ana k Didik dalamInt er aksi EducatifSua t u pendekatan Psi kologis, Jakarta Ri neka Ci pt a, 2010, Jala ludd in,TeologiPendidikan, Jakarta Raja Grafin doPe r s a da, 2003. Yusuf, Syams u, Psi kolog iPerke mban g a n An ak dan Remaja, Bandung Rosdakarya, 2004. Zakiah Da r adjat, dkk. , Met o dik Khu susPengajara n Agama Islam, Jakarta Bumi Aksara, 201 1. Zuhairini,Fi lsafat Pendi di k an Islam, Jakarta Bina Aksar a, 2009. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PustakaA L RasyidinFalsafah Pendidikan IslamDaftar Pustaka AL Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan Bandung Citapustaka Media Perinti s, Al-Qur'an dunia Islam Modern Yogyakarta PT. Dana Bhakti Prima VasaA BaiquniA. Baiquni, Ensiklopedi Al-Qur'an dunia Islam Modern Yogyakarta PT. Dana Bhakti Prima Vasa, dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya Jakarta Kalam MuliaDawam RaharjoPandangan AlRaharjo, Dawam, Pandangan al-Qur'an Tentang Manusia Dalam Pendidikan Dan Perspektif al-Qur'an Yogyakarta LPPI, 1999. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya Jakarta Kalam Mulia, al-Qur'an Tafsir Maudhu'I atas Perbagia Persoalan Umat Bandung Mizan ustakaM ShihabQuraishShihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur'an Tafsir Maudhu'I atas Perbagia Persoalan Umat Bandung Mizan ustaka, 2006.
TantanganGuruSiana Tantangan365 Hari Yang Ke- 254 Sebagai manusia biasa kita harus menyadari kelebihan dan kekurangan kita. Tidak ada manusia yang sempurna. Siapapun kita, apappun pangkat dan jabatan yang kita sandang, sebesar apapun kekayaan yang kita miliki sadarlah bahwa kita tidak terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan. Kita lihat dalam kehidupan kita betapa banyaknya saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan pada fisik mereka. Tapi dibalik kekurangan mereka tersebut dianugrahi kemauan dan kekuatan luar biasa untuk menjadi orang yang hebat. Namun, yang kita sesali betapa banyaknya saudara-saudara kita memiliki fisik yang sempurna tapi mereka tidak menggunakannya untuk menjadi orang yang sukses. Kekurangan itu ada pada siapapun. Tidak hanya orang biasa, seorang pemimpin dan ulama sekalipun pasti memiliki kekurangan. Seorang suami harus menyadari bahwa isterinya memiliki kelbihan dan kekurangan. Begitu pula sebaliknya seorang isteri menyadari pula bahwa suaminya juga punya kelebihan dan kekurangan. Kebanyakan manusia biasanya selalu memperhatikan kelebihan yang dimilikinya sehingga lupa dengan kekurangan dirinya, akibatnya muncul sifat angkuh dan sombong. Tak jarang kita jumpai dalam kehidupan ini manusia yang selalu melihat sisi buruk orang lain, sehingga kebaikan yang dilakukan oleh orang tersebut tertutupi oleh keburukannya. Akibat dari semua itu timbul sifat memandang remeh dan rendah orang lain. Ketika kita melihat kekurangan orang lain maka arahkanlah pandangan kita kepada titik kelebihannya. Sekiranya kita hanya memandang kekurangan dan keburukan orang lain tanpa melihat kelebihan dan kebaikan yang dilakukannya, kita akan menjadi orang yang zhalim. Ada pepatah yang mengatakan, “Jangan kalian menghina orang yang ada dibawahmu lebih rendah, karena sesungguhnya setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan”. Oleh sebab itu sekali lagi setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang ada pada kita jangan membuat kita angkuh dan sombong. Sebaliknya kekurangan yang ada pada kita jangan membuat kita merasa rendah diri. Solok, 26 Oktober 2020 DISCLAIMER Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini. Laporkan Penyalahgunaan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memang tidak bisa lepas dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini juga diakui secara eksplisit melalui hadits-hadits yang terdapat dalam kitab suci umat Muslim, Al-Qur’an, dan juga kitab hadits, Al-Hadits. Salah satu hadits yang membahas tentang manusia yang tidak ada yang sempurna adalah hadits Bukhari dan Muslim yang berbunyi“Kesalahan itu berasal dari manusia dan aku Nabi Muhammad adalah manusia, maka bila kamu melihat aku melakukan kesalahan, maka berilah aku peringatan.”Hadits ini menegaskan bahwa manusia memang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Sebuah kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad juga menunjukkan bahwa sebagai manusia, ia juga tidak sempurna. Oleh karena itu, hadits tentang manusia yang tidak ada yang sempurna menjadi penting untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan Hidup Manusia yang Tidak SempurnaPerjalanan hidup manusia memang tidak selalu mulus. Ada banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi sepanjang hidup. Kekurangan dan kesalahan yang dilakukan manusia juga menjadi bagian dari perjalanan hidup tersebut. Namun, hadits tentang manusia yang tidak ada yang sempurna mengajarkan bahwa setiap orang bisa belajar dari kesalahan dan kekurangan yang orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengubah kekurangan menjadi kelebihan. Namun, hal ini tidak mudah dilakukan tanpa adanya kesadaran diri tentang kekurangan yang dimiliki. Oleh karena itu, hadits tentang manusia yang tidak ada yang sempurna menjadi penting sebagai pengingat bahwa setiap manusia memang memiliki kekurangan dan Kekurangan ManusiaAda banyak faktor yang menjadi penyebab kekurangan dan kesalahan yang dilakukan manusia. Beberapa di antaranya adalah karena faktor psikologis, lingkungan, dan juga faktor kultural. Faktor psikologis bisa menjadi penyebab kekurangan manusia karena adanya ketidakseimbangan dalam emosi dan ini bisa terjadi karena adanya pengalaman traumatik, masalah kesehatan mental, atau faktor lain yang membuat manusia tidak bisa berpikir secara jernih. Sedangkan faktor lingkungan bisa menjadi penyebab kekurangan manusia karena pengaruh dari lingkungan sekitar yang tidak mendukung perkembangan faktor kultural juga bisa menjadi penyebab kekurangan manusia karena adanya norma-norma yang dibangun oleh masyarakat dan budaya setempat. Norma atau budaya yang salah bisa membuat manusia mengalami kekurangan dalam berpikir dan dari Kekurangan dan KesalahanHadits tentang manusia yang tidak ada yang sempurna memberikan pelajaran penting bahwa setiap kesalahan dan kekurangan bisa menjadi pembelajaran bagi manusia. Dari setiap kesalahan dan kekurangan, manusia bisa belajar untuk memperbaiki diri dan membuat kehidupan menjadi lebih dari kesalahan juga bisa membuat manusia menjadi lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapi setiap rintangan hidup. Ketika manusia bisa menghadapi kesalahan dan kekurangan dengan bijaksana, maka hidup akan menjadi lebih bermakna dan Kesalahan dan Kekurangan dalam Kehidupan Sehari-HariHadits tentang manusia yang tidak ada yang sempurna bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak contoh kesalahan dan kekurangan yang sering dilakukan manusia, seperti menunda-nunda pekerjaanBelajar untuk mengatur waktu dengan baik dan tidak menunda pekerjaan2Suka mengeluh dan tidak bersyukurBelajar untuk bersyukur dan menghargai setiap nikmat yang diberikan oleh Tuhan3Suka merasa iri dan dengki terhadap orang lainBelajar untuk menghargai keberhasilan orang lain dan tidak merasa iri atau dengkiKesimpulanHadits tentang manusia yang tidak ada yang sempurna menjadi pengingat bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kesalahan. Namun, setiap kesalahan dan kekurangan bisa menjadi pembelajaran bagi manusia untuk memperbaiki diri dan membuat hidup lebih baik. Oleh karena itu, hadits ini sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
hadits tentang kelebihan dan kekurangan manusia